Efek perkembangan teknologi adalah
semakin maraknya jurnalisme warga (citizen journalism) di berbagai media, baik
cetak maupun online. Artinya, kebebasan untuk menuangkan ide, atau sekedar
berbagi laporan dan pengamatan, menemukan akses yang jauh lebih mudah daripada
era sebelumnya. Perkembangan ini, tentu saja berimbas pada kian sulitnya
pembaca menentukan dan menyaring tulisan-tulisan yang hendak dibaca lantaran
tulisan tersebar dan terserak dimana-mana. Pada beberapa kasus, judul tulisan
dianggap menjadi salah satu faktor penentu yang mampu menjadi penarik minat
baca. Judul-judul bombastis yang seringkali muatan isinya tidak berimbang.
Jika di media cetak, pewartaan selalu
mengalami proses penyeleksian sebelum naik cetak, namun bagaimana halnya dengan
media online (dibatasi pada jurnalisme warga dalam blok-blok yang penghuninya
mencapai ratusan ribu nama) yang cenderung kesulitan untuk menyeleksi ratusan
tulisan yang muncul dalam waktu sekian menit? Bisa saja tulisan hoax yang
muncul kemudian dikonsumsi pembaca dengan tanpa sadar. Namun disini, bukan
masalah seleksi menyeleksi yang akan diperbincangkan, lantaran hal tersebut
berada diluar maksud dan jangkauan dari tulisan ini. Dalam penulisan
jurnalistik, sebenarnya terdapat bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang umum
ditemui dalam sebuah media. Media biasanya membagi-bagi ruangan atau rubrikasi
untuk jenis-jenis tulisan yang akan dimuat. Rubrikasi dinamai dengan
istilah-istilah atau nama yang ditetapkan oleh media itu sendiri.
Padmono membagi
bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1)
berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom.
Penjelasan masing-masingnya adalah sebagai berikut :
1. Berita atau straight news
Tulisan ini berisi laporan langsung yang
hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini
padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur 5W+1H. Berbeda dengan kaidah tulisan yang
lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita
dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan
fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual,
penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan
fakta dengan opini dan sifatnya beribang.
Struktur berita dikenal dengan piramida
terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan
semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan
penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan
kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai
dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting dari seluruh berita karena ia memuat unsur
5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where (dimana), when (kapan), why (mengapa) dan how (bagaimana).
Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai
dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan
apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya,
tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih
menarik daripada apa yang diungkapkannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh
penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti
aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-line didasarkan pada
tempat ditulisnya berita tersebut.
2.
Laporan atau reportase
Laporan adalah bentuk berita yang
dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan
ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena
laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang
penuh warna atau nuansa.
Sebuah
laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran
yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu
dihindari dalam penulisan laporan
tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam
laporan tersebut. Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan
lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup.
3.
Feature
Bentuk tulisan feature atau tuturan
lebih lengkap dan terinci dibandingkan
dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi
penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan
fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga
bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan
umum, yaitu diawali dengan pendahuluan,
pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan.
Feature memiliki enam jenis. Di bawah
ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenis feature. Penjelasannya adalah
sebagai berikut:
a. Feature
Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature
jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan
bahkan menguras air mata khalayak. Human interest termasuk yang paling efektif dalam menyentuh
wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human
interest tak hanya berhubungan dengan
manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.
b. Feature
Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature
sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi
fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu
mengundang daya simpati dan empati khalayak.
c. Feature
biografi (Biografical Feature)
Feature
biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan
tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka
yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang
bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di
berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.
d. Feature
Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature
yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat
tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik
tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan
merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke
objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai,
gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini
terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk
mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.
e. Feature
Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature
yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan
sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do.
f. Feature
Ilmiah (Scientific Feature)
Feature
yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut
feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah
penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah
samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat
mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya
lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.
Feature
memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature
(karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya
penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua, Isinya
penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang
mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta
yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau
bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi.
Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya
tulisan. Kelima, Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature),
feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature
biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan
sebagainya.
4.
Tajuk Rencana atau Editoral
Bentuk tulisan ini merupakan ulasan
mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian
intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu
kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan
demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah.
Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi:
pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik
itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau
olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan
tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk
rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran
subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan.
Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa
harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan.
Untuk menuliskan tajuk rencana,
seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang
luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak
dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk
rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan
umum atau bangsa.
Teknik penulisan tajuk rencana sama
seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup
atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian
yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat
penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi. Suatu tajuk
rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan
keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti
penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis.
5.
Artikel
Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya
bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya
merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan merupakan hasil pemikiran intelektual
penulisnya. Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan
yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu
hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis
artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan
kajian-kajian yang logis.
Teknik menuliskan artikel sama dengan
tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau
pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel, seseorang harus mendalami persoalan yang akan
dipaparkannya, kaya dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup.
Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan
orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis.
6.
Kolom
Sebenarnya yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam
surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika
dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau
bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan
intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan
kadang-kadang iman.
Dengan
demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk
bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan
berbentuk kolom tidak pernah
bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak
pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di
masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau pun ia disarati dengan pesan yang berat,
penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu.
Teknik
menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel, feature atau laporan, tetapi yang perlu
diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan,
perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan
disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik
tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak
banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.
Tulisan
kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau
lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan,
yaitu berupa pengungkapan pokok bahasan
dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat
saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007).
Umumnya
kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa
untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau
seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu
juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada
minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara
pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks.
KETERKAITAN ANTARA JURNALISME WARGA (Citizen Journalism) DENGAN MEDIA SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP JURNALISME
a. Keterkaitan antara jurnalisme warga dengan sosial media
Jurnalisme
online memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme
tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan
kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita
(Santana, 2005:136). Jurnalisme online memiliki karakteristik yang berbeda
dengan jurnalisme tradisional yaitu real time (dipublikasikan dalam waktu
seketika), multimedia (dapat memasukkan elemen multimedia seperti teks, suara,
musik, animasi dll), dan interaktif/adanya interaktivitas. Beberapa
karakteristik itu tentu ada pada social media dan citizen journalism. Dimana
karakteristik tersebut semakin menarik atau mempersuasif masyarakat sebagai
penggunanya. Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2012;568), social media merupakan
sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio dan video
dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Cakupan social
media sebagai sarana berbagi informasi tentu sangat luas. Di era perkembangan
jaman yang semakin pesat ini social media bukan hanya digunakan sebagai sarana
informasi melainkan bisa digunakan dalam berbagai hal seperti bisnis, eksistensi,
dan pencitraan seseorang.
Efek
perkembangan internet yang terus berkembang menyebabkan adanya social media
yang semakin mempermudah pengguna dalam berinteraksi dengan pengguna lainnya
melalui banyaknya jenis social media yang ada. Social media juga dapat
diartikan sebagai aplikasi kelompok yang luas dari situs dan internet berbasis
yang memungkinkan untuk penciptaan dan berbagi konten. Kebanyakan definisi
social media menyoroti dua elemen kunci: · Partisipasi: adanya aliran arah
multi komunikasi di mana pengguna dapat menghasilkan serta mengkonsumsi konten.
· Komunitas: orang-orang berkumpul di komunitas berdasarkan kepentingan
bersama. Status atau kepentingan sosial adalah unsur kunci dalam setiap
komunitas. (Hill, Steve. Paul Lashmar. 2014. Online Journalism The Essential
Guide. London: SAGE Publications Ltd) Jenis dari social media pun dapat
terbilang banyak, diantaranya : situs jejaring sosial (facebook, path), konten
(youtube), blog dan microblog (twitter) dan sebagainya Terlihat jelas bahwa
dari upload-an berita terkait “Sonya Depari” banyak menarik pengguna atau
viewers dari video itu untuk langsung berinteraksi atau saling berkomentar atas
video yang di share. Keberadaan youtube selain sebagai media hiburan dan
tontonan, pengguna pun dapat dengan mudah berinteraksi atau menjalin
interaktivitas dari setiap video baik yang berupa informasi maupun hiburan.
Maka kekuatan dari social media yaitu semakin meningkatkan partisipasi masyarakat
terkait isu-isu publik.
Pengguna
internet di Indonesia terbilang besar dan dari tahun ke tahun semakin
bertambah. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, populasi netter Tanah Air mencapai 83,7 juta
orang pada 2014. Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia bakal
mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan
jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Lantas, apa manfaat media sosial bagi
responden? 76 persen menggunakannya sebagai sarana memantau informasi, 46
persen sebagai sumber ide berita, 36 persen sebagai sarana monitoring/evaluasi,
31 persen sebagai sumber mencari sumber, 24 persen sebagai bahan berita dan 16
persen sebagai sarana verifikasi. Lantas bagaimana partisipasi responden dalam
menciptakan konten bagi media sosial?
Jawaban diperoleh dari pertanyaan
mengenai pesan apa yang biasanya disampaikan melalui akun media sosial
responden? 41 persen responden menginformasikan mengenai kegiatan kerja yang
tengah dilakukan. Sebanyak 40 persen menginformasikan mengenai berita menarik
di organisasi media di mana mereka bekerja.
Media sosial berfungsi menjadi sarana meluaskan basis konsumen berita
yang diproduksi organisasi media/jurnalis. Sebanyak 32 persen responden
menggunakan akun media sosialnya untuk ekspresi personal atau perasaan
(termasuk galau?), hanya 11 persen yang menggunakan akun media sosialnya
sebagai sarana melakukan kritik sosial atas kebijakan public/komentar
berita/peristiwa. Maka terlihat jelas banyak manfaat yang diperoleh dari adanya
social media saat ini. manfaatnya pun dapat beragam, bukan hanya mengenai
interaktivitas. Tak mengherankan jika pengguna social media pun semakin
bertambah. Sehingga perkembangan internet yang pesat ini menimbulkan dampak
adanya kemunculan berbagai macam aplikasi yang canggih yang semakin mendukung
pengguna untuk menggunakan social media. Misalnya path, instagram, bbm, dan
linkedlin.
Semua itu
semakin mempermudah pengguna untuk dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya
di social media. Selain perkembangan internet yang memicu penggunaan social
media yang semakin besar. Ada pula, perkembangan lain yang erat kaitannya
dengan pengguna yaitu adanya fenomena citizen journalism atau sering disebut
sebagai jurnalisme warga. Terdapat beberapa istilah yang dikaitkan dengan
konsep citizen journalism diantaranya
public journalism, civic journalism, advocacy journalism, citizens media
participatory journalism, dan participatory media. Menurut Winoto (2010, p.1)
citizen journalism diartikan sebagai proses dimana seseorang yang bukan berasal
dari jurnalis profesional namun memberikan kontribusi kepada media. Sedangkan
orang yang melakukannya disebut citizen journalist atau yang lebih dikenal
sebagai jurnalis warga. Sedangkan Shayne Bowman & Chris Willis (2003)
citizen journalism adalah bahwa warga memiliki hak untuk menjadi pencari,
pemproses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat
luas melalui media. Sehingga seorang citizen journalism berbeda dengan jurnalis
pada umumnya. Sebab, citizen journalism merupakan warga bukan jurnalis yang
melaporkan atau menyampaikan berita. Maka citizen journalism jelas berbeda
dengan jurnalis professional. Seorang jurnalis professional tentu memiliki
kartu pers resmi dan terdaftar dalam Asosiasi Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia.
Kemunculan
citizen journalism tentu juga memberikan manfaat, seperti : memberikan sudut
pandang referensi terhadap isu-isu yang berkembang, sumber berita menjadi
beragam dan sebagainya. Sementara itu, seorang ahli media yang sering menulis
di poynter.org, Stive Outing (2005) memilah citizen journalism ke dalam 11
kategori: Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi,
memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional. Ini
mungkin yang kita kenal sebagai ruang “surat pembaca” di media konvensional.
Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis
jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis,
dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan. Ini juga yang biasa kita jumpai
di majalah-majalah umumnya. Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non
jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam
artikel tersebut, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan
artikel. Terkadang professional non jurnalis ini bisa juga menjadi kontributor
tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Ini juga bisa kita temui di media
konvensional. Bloghouse, sebuah website yang mengundang pembaca untuk ikut
membaca. Newsroom citizen „transparency‟ blogs, merupakan blog yang disediakan
untuk upaya transparansi organisasi sebuah media, dimana pembaca bisa
memasukkan keluhan, kritikan, atau pujian atas pekerjaan media tsb. Stand-alone
citizen journalism site: melalui proses editing. Stand-alone citizen journalism
site: tanpa proses editing. Stand-alone citizen-journalism website dengan
tambahan edisi cetak. Hybrid: Pro + Citizen journalism.
Suatu kerja
organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan
jurnalis warga. Disini ada peran para editor dalam menilai dan memilih berita
yang akan diangkat ke halaman utama. Kontribusi berita tidak otomatis diterima
sebagai sebuah berita, dan berita yang masuk masih tersaring lagi sebagai
berita yang menjadi topik utama (berhak muncul di halaman pertama) atau bukan.
Contohnya adalah ohmynews.com Penggabungan antara jurnalis professional dan
jurnalis warga dalam satu atap, dimana website membeli tulisan dari jurnalis
professional dan menerima tulisan jurnalis warga. Model wiki, dimana pembaca
adalah juga editor. Setiap orang bisa menulis artikel, dan setiap orang bisa
memberi tambahan atau komentar terhadap artikel yang terbit. Kategorisasi
diatas dapat membedakan bagaimana citizen journalism dengan jurnalis
professional. Siapapun bisa menjadi seorang citizen journalism tetapi tak semua
orang bisa menjadi seorang jurnalis professional.
Pekerjaan
seorang jurnalis professional tentu berbeda dengan seorang citizen journalism
atau jurnalis warga tersebut. Terlihat jelas bagaimana citizen journalism
memberikan suatu layanan kepada publik atau pengguna dalam interaktivitas.
Selain interaksi dengan pengguna lain, pengguna atau masyarakat pun dapat
mengkoreksi dengan berkomentar melalui berita yang disampaikan. Stuart Allan
dan Einar Thorsen tidak berusaha untuk mendefinisikan jurnalisme warga dalam
buku mereka dengan nama yang sama, tetapi mereka membahas bentuk jurnalisme
warga yaitu: blog, pengumpulan berita warga, dan secara implisit sesuatu selain
"perusahaan" usaha berita (Allan dan Thorsen 2009). Mark Deuze
mengemukakan bahwa ciri jurnalis warga sebagai "memproduksi berita pada
konsumen", tetapi juga bertentangan dengan jurnalis profesional sebagai
" rekan pesaing" (Deuze 2007: 122) Dengan adanya citizen journalism
tentu semakin memudahkan pengguna/masyarakat dalam mendapatkan informasi atau
berita dengan cepat dari sumber yang ada. Keberadaan media sosial dan citizen
journalism juga memberikan dampak kemudahan adanya interaktivitas dari pengguna
satu ke pengguna lainnya. Semua media
cetak dan penyiaran tentunya interaktif. Pemirsa televisi dan pendengar radio
harus menyalakan pesawatnya dan memilih gelombang dan saluran (channel). Dengan
adanya remote control semakin mempermudah pengguna dalam memilih channel.
Tetapi, media ini tidak menawarkan kesempatan untuk berinteraksi. Media
televisi dan radio tidak memiliki mekanisme feedback untuk berinteraksi.
Kecuali kontribusi email dan telephone. Sedangkan surat kabar dan majalah
dinilai lebih interaktif karena pembaca dapat memilih bagian yang disuka.
Sementara itu, kemunculan internet saat ini seperti adanya social media dan citizen
journalism memberikan suatu akses interaktivitas yang lebih daripada media
lainnya. Terlebih, internet terus berkembang dari tahun ke tahun dan
memunculkan banyak inovasi. Interaktivitas didefinisikan sebagai pengguna
internet yang dapat saling berinteraksi. Informasi yang disajikan tidak hanya
berupa teks, tetapi juga animasi, grafis, maupun audio wawancara dengan
narasumber terkait. Konvergensi media penyiaran dengan internet menciptakan
global internet. Fenomena tersebut memiliki dampak adanya kecepatan dalam
mendapatkan informasi. Bukan hanya itu, akses ke media pun semakin banyak memberikan
pilihan pada penggunanya.
Kemunculan
multimedia dan interaktivitas saat ini bisa jadi merupakan dampak dari adanya
global internet di dunia. Maka tak mengherankan bila social media dan citizen
journalism membentuk dan mendukung adanya interaktivitas dalam masyarakat.
Bentuk interaktivitas yang terjadi dapat terlihat dari banyaknya pengguna atau
masyarakat yang ketika ada informasi tersebar di social media maupun melalui
citizen journalism langsung memberikan respon atau komentar atas informasi
tersebut terlebih bila informasi itu menyangkut kepentingan publik yang luas.
Bukan hanya terkait informasi, akan tetapi bentuk interaktivitas lain juga
terlihat dalam hal bisnis, dimana ada pula pengguna yang memanfaatkan social
media sebagai sarana atau peluang untuk bisnis. Misalnya, maraknya online shop
di social media instagram, facebook hingga bbm. Citizen journalism pun juga
memberikan peluang pendapatan uang dari pengguna dengan informasi atau berita
yang diberikan pada media. Sehingga adanya social media dan citizen journalism
tidak terbatas pada pembentukan interaktivitas dalam masyarakat melainkan juga
efek lain bagi penggunanya.
b. Dampak keterkaitan antara jurnalisme warga dengan sosial media terhadap jurnalisme
Masa depan
adalah saat ini. Kantong kita penuh dengan gadget dan teknologi. Jadi bukanlah
hal yang mengejutkan jika jurnalis menggunakannya untuk meliput berita terbaru
bahkan semua orang pun mengabadikan momen-momen penting dalam hidupnya melalui
bantuan gadget. Teknologi ini mendorong kecepatan berita. Dulu jurnalis
menggunakan pulpen dan kertas, kamera film, alat-alat semacamnya. Tetapi saat
ini khalayak telah berubah. Jurnalis hidup dalam masyarakat yang penuh
tuntutan, orang-orang mendengar dan melihat dalam berbagai perangkat. Jurnalis
harus bergerak cepat agar khalayaknya tidak hilang atau berkurang. Teknologi
membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Melalui teknologi ini media sosial
dan jurnalisme warga pun berkembang. Jurnalisme Warga Semua orang memiliki
cerita dan pasti ada orang yang mau mendengarkannya. Kita semua bisa menjadi
jurnalis, kita semua adalah saksi setiap peristiwa dalam kehidupan kita
sehari-hari. Semua orang adalah jurnalis warga pada titik tertentu, bahkan bisa
menjadi jurnalis yang penting di dunia. Pada waktu dan tempat yang tepat dan
kita memiliki telepon genggam, mengirimkan satu kalimat, bisa mengubah dunia.
Elemen
jurnalisme ke-10 menurut Kovach dan Rosenstiel yakni, publik, (Citizens, too,
have rights and responsibilities when it comes to the news) dalam subjudul buku
“What Newspeople Should Know and The Public Should Expect”. Kemunculan
jurnalisme warga adalah salah satu bentuk kekecewaan publik terhadap jurnalisme
konvensional yang penuh dengan kealpaan (Iskandar & Lestari, 2016). Menurut
Alan dan Thorsen ( 2009), jurnalisme warga sering dikaitkan dengan aktivis
politik yang berusaha untuk menantang lembaga masyarakat dan relasi kekuasaan.
Peran jurnalisme warga adalah yaitu berlaku sebagai kritik media, juga bisa
mengkritik prinsip-prinsip jurnalis profesional domestik, melakukan tindakan
terhadap isu yang mungkin di abaikan. Dalam konteks globalisasi, perkembangan
ini menuntun pada cara baru untuk memahami perubahan sosial. Jurnalisme warga
sangat cepat bermunculan. Inilah masa depan jurnalisme dan kita harus siap dan
terbiasa dengan itu. Dengan kemajuan teknologi, kemampuan untuk melakukan
kegiatan jurnalistik menyebar ke semua orang. Orang-orang dapat men-tweet dan
mengunggah video yang diambil menggunakan telepon genggam dan mampu
menyampaikan cerita kepada khalayak di saat itu juga.
Menurut Sitepu
(2001), konsep berpikir jurnalisme secara luas yaitu masyarakat biasa dapat
melakukan kegiatan junalistik dengan membuat media sendiri, dimana wujud
medianya bukan perusahaan profesional, tetapi berbasis komunitas atau individu.
Di sana tidak ada struktur pemimpin umum, pemimpin redaksi, apalagi pemimpin
perusahaan. Jurnalis warga hanya berkonsentrasi pada mutu, jumlah, dan
pengayaan terhadap isi medianya. Jurnalisme jenis ini (jurnalisme warga) terus
bertumbuh dan kita bisa melihat kekuatannya.Jurnalisme warga tidak melulu
tentang politik, bisa tentang ekonomi,
tentang komedia pun bisa, dan sebagainya. Jurnalisme warga juga lebih dari
sekedar memotret kesalahan para politisi atau selebriti. Jurnalisme warga mampu
menerobos kisah-kisah yang bisa metransofrmasi jurnalisme tradisional. Jurnalis
warga dapat pencarian dokumen-dokumen atau mengisi petunjuk-petunjuk
investigasi yang sedang dilakukan oleh suatu media, dengan menemukan informasi
di dalam komunitas mereka. Jurnalisme warga bisa menggali informasi apapun yang
ada di lingkungannya yang sedang hangat, dan menjadi semakin kreatif dalam
menyelidiki untuk menemukan fakta-fakta dan memberitakannya .Hal yang membuat
jurnalisme warga menjadi hal yang
digemari saat ini adalah tidak ada aturan yang tertulis.Meskipun jurnalis
secara fundamental harus memiliki komitmen terhadapa akurasi, verifikasi fakta,
dan keberimbangan harus tetap di jaga.
Semua orang bisa
menjadi jurnalis warga, yang dibutuhkan hanyalah hasrat atau keinginan yang
kuat, sedikit latihan, dan keinginan untuk menyampaikan cerita yang bagus. Kita
bisa bergabung dengan situs berita atau menyebarkan berita kita secara
independen baik melalui media sosial maupun blog, atau situs berita pribadi.
Saat ini adalah waktu yang terbaik bagi setiap warga untuk keluar dan
melaporkan semua kejadian yang ada di sekitarnya. Lalu, apa peran media atau
perusahaan media dalam menghadapi era jurnalisme baru ini? Jadi perusahaan
media harus memiliki strategi, melihat perilaku masyarakat yang sudah mulai
berlomba-lomba mengunggah segala informasi di sekitarnya, perusahaan media
dapat membuat berita dari “keributan-keributan” atau hal viral yang tersebar di
internet, misalnya seorang jurnalis melihat potongan gambar atau informasi yang
terpisah-pisah, tweetyang berbeda tetapi dengan topik yang sama, maka tugas
jurnalis adalah mencari tahu urutan ceritanya dan mencari tahu apa yang
terjadi, menyatukan semua pecahan informasi, dan menjadikannya sebuah berita.
Cara kerja seperti ini salah satu strategi agar media tidak tertinggal dengan
kecepatan penyebaran informasi dari jurnalis warga. Kemudian ada satu hal lagi
yang bisa dilakukan perusahaan media untuk bertahan. Ada satu hal yang tidak
dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Hal tersebut adalah seperti
menginvestigasi korupsi perusahaan multinasional atau politisi yang korupsi.
Itu adalah pekerjaan jurnalis profesional yang memiliki banyak sumber dan
jaringan, pengetahuan untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dan menemukan
sebuah peristiwa kemudian mengungkapkan hal itu kepada publik.
Bagaimana media
sosial mengubah jurnalisme? Menururt Pusat Penelitian Pew dalam (TheLipTV,
2014), ada 3 media sosial utama yang menjadi sumber orang-orang untuk
mendapatkan berita khususnya orang Amerika. Pertama Facebook, kedua Twitter,
ketiga Youtube. Twitter dan Facebook adalah media sosial yang sangat membantu
untuk mendapatkan informasi secara cepat, bahkan menemukan informasi dan
membagikannya. Kita juga bisa benar-benar bisa mengetahui apa yang sedang
terjadi di kehidupan orang-orang. Tidak hanya itu penggunaan Instagram,
Pinterest, Tumblr, LinkedIn, dan sebagainya dimanfaatkan oleh media-media yang
ada agar tidak ketinggalan. Meski memilki sekian dampak positif, tetapi media
sosial memiliki kelemahan. Kita harus memverifikasi informasi tersebut, dan itu
membutuhkan keinginan yang kuat untuk melakukan pengecekan fakta. Kontrol
terhadap aliran informasi ini harus ada. Media sosial mengubah jurnalisme dalam
banyak aspek. Ada sisi positif dan negatif.
Khalayak tidak lagi tidak memiliki patokan siaran penerbit berita karena
mereka memiliki banyak pilihan media untuk dijadikan sebagai sumber informasi,
dan hal tersebut berarti bahwa wawasan khalayak bisa lebih luas dan terbuka
karena mereka bisa mengakses informasi yang sama di berbagai macam media.
Melalui media sosial, media massa bisa menjangkau lebih banyak audiens karena
ada sebagian orang yang hanya mencari berita dalam ruang digital. Facebook
sendiri memilik dampak yang luar biasa dalam praktik dan bisnis jurnalisme ini.
Internet adalah seperti aliran lalu lintas kenyataan, dan jika suatu informasi
atau berita tidak sukses di Facebook, maka itu juga tidak akan sukses dalam
aspek lain. Twitter pun salah satu media sosial yang penting dan merupakan
suatu wadah yang baik untuk membuat agenda dan memulai diskusi dengan khalayak,
tetapi Facebook adalah tempat dimana orang-orang benar-benar mendiskusikan dan
berbagi informasi tersebut.
Melibatkan
jurnalis warga dalam perusahaan-perusahaan media merupakan suatu ide yang harus
bisa di terima oleh perusahaan media untuk mengikuti perkembangan zaman. Media
harus bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang baru.
Hal yang dapat dipelajari oleh media tradisional dari media baru adalah agar
terpacu untuk menjadi lebih cepat, membawa lebih banyak suara dalam diskusi,
dan media tradisional harus menciptakan lingkungan dimana orang-orang percaya
bahwa media tersebut bisa menyatukan semua orang. Kini, media baru pun
berkembang menjadi semakin profesional, jadi semakin terlihat seperti media
yang lama, dan media lama pun mengikuti tren media baru dengan memiliki
situs-situs sejenis blog atau memiliki web berita, dan hal ini dalam hal
tertentu semakin mengaburkan batas antara media media tradisional dan media
baru atau media sosial. Perubahan ini menggentarkan, menakutkan, karena
konsumen memiliki lebih banyak tanggungjawab, dan konsumen bisa mencari tahu
siapa yang bisa dipercaya. Informasi yang kita terima tergantung pada sikap
kita terhadap penggunaan media sosial.
Bagaimana kita
menggunakannya berita atau informasi yang ada di media sosial, dan pemahaman
kita terhadap berita yang dibaca. Salah satu berita buruk adalah ketika kita
mengakses Facebook, yang sering muncul di beranda kita adalah unggahan terbaru
dari teman Facebook atau orang-orang yang terkait dengan kita. Informasi yang
kita terima pun relatif sempit karena sumbernya hanya dari orang-orang yang
sama dan Facebookmenyaring apa yang kita
lihat dan kita pilih, khususnya dalam kaitannya dengan berita dan kontennya.
Padahal inti dari berita adalah untuk membuka wawasan dan mata kita terhadap
dunia. Bagaimana kita bisa mendapatkan sisi pandangan yang berbeda jika yang
kita lihat hanya informasi dari orang yang sama terus menerus? Dan hanya
sekitar 34 % pengguna Facebook yang menyukai halaman organisasi berita, jadi
ini menguatkan fakta bahwa kebanyakan pengguna Facebook mendapatkan berita dari
temannya, bukan dari halaman atau situs berita. Bahkan terkadang setelah
pengguna menyukai halaman berita, berita dari halaman itu tidak muncul, tetapi
yang selalu muncul adalah berita yang diunggah temannya, dengan topik yang umum atau populer seperti hiburan,
kejadian dan orang dalam komunitas, olahraga, dan seterusnya. Jangka waktu
orang untuk mengakses media sosial pun lebih banyak daripada waktu yang
dihabiskan ketika membuka situs atau halaman berita melalui salah satu media
sosial seperti Facebook. Jika membuka
halaman atau situs berita melalui Facebook, rata-rata orang menghabiskan waktu
hanya 1 menit 40 detik, sedangkan ketika seseorang membuka situs berita
langsung melalui browser, biasanya waktu yang dihabiskan sekitar 4 menit 37
detik, jadi perbedaannya cukup signifikan. Ada perbedaan kedalaman informasi
yang diterima berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan dan level jurmlah
informasi yang diterima. Orang-orang memilih untuk berbagi foto atau video dari
peristiwa yang terjadi saat itu. Jadi lebih banyak diskusi yang terjadi atas
berita atu isu yang dibagikan. Masyarakat bisa berinteraksi dengan situs atau
halaman berita dan membuatnya menjadi nyata,bahkan memproduksi berita
(jurnalisme warga) daripada hanya menjadi penerima informasi yang pasif. Media
sosial dan jurnalisme warga menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kebebasan
dan kemerdekaan dalam negara demokrasi. Hal ini merupakan sebuah peringatan
bagi perusahaan-perusahaan media agar harus terus berinovasi dan meningkatkan
kualitas pemberitaanya. Jika tidak, media tersebut berpeluang untuk
ditinggalkan. Pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan dan terus dikembangkan.