Sabtu, 06 Mei 2017

TUGAS UTS

Tugas UTS

1. Membuat tulisan berupa Berita Online (Straight News, Hard News, atau Soft News) yang disertai foto.

A. SOFT NEWS



Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa secara resmi membuka pameran buku yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara 'Big Bad Wolf Book Sale 2017' di ICE BSD City Tangerang, Kamis (20/4). Pameran tersebut akan berlangsung mulai tanggal 21 April - 2 Mei 2017.

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan Mantan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel turut hadir dalam pembukaan pameran buku ini. Khofifah menyatakan sangat mendukung pameran buku ini.

“Ini menjadi salah satu jalan untuk ikut mencerdaskan generasi bangsa. Apalagi, buku yang dipamerkan adalah buku-buku yang berkelas internasional dengan banyak genre. Mulai dari fiksi, fotografi, hobi, cerita anak, kesehatan, politik, ekonomi, fiksi, dan lain sebagainya. Harganya pun sangat murah," ungkap Khofifah, Kamis (20/4).

Mengutip data UNESCO, persentase minat baca Indonesia hanya 0,01 persen. Dari persentase tersebut dipahami bahwa dari seribu orang hanya satu orang yang terbiasa membaca.

Buku merupakan jendela dunia dan menjadi media bagi seseorang untuk memperluas wawasan sekaligus mengetahui lebih dalam tentang berbagai aspek kehidupan yang belum diketahui sebelumnya.

Pemeran buku terbesar se-Asia Tenggara ini diharapkan dapat bermanfaat untuk  masyarat semaksimal mungkin guna mendapatkan buku murah dan bagus. Khofifah juga secara khusus mengapresiasi Kongres Wanita Indonesia (Kowani) yang telah bekerja sama dengan Big Bad Wolf Indonesia dalam penyelenggaraan pameran buku terbesar ini.

Khofifah berharap event ini bisa berlangsung konsisten setiap tahun. "Semangat untuk meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia, utamanya kaum perempuan memang harus dipacu dengan acara seperti ini," ujar Mensos.

Presiden Direktur PT Jaya Ritel Indonesia, selaku pengelola Big Bad Wolf Book Sale, Uli Silalahi mengatakan, tahun ini pameran Big Bad Wolf Book Sale dibuka bertepatan dengan Hari Kartini 21 April 2017.


Uli mengatakan, ada lima juta buku yang dipersiapkan untuk pameran buku terbesar se-Asia tenggara ini. Pameran ini akan dibuka 24 jam nonstop atau setara 288 jam. "Ada jutaan buku berbagai genre dan kategori usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Harganya murah-murah mulai dari Rp 10 ribu. Diskon sampai 80 persen," tutur Uli.



3. Membuat tulisan Feature Online (Feature Biografi, Feature Perjalanan atau Feature Sejarah) yang disertai foto.





Hawa sejuk menyambut kedatangan saya di Purwokerto, kota yang ramah dan masih sangat asri pemandangan alamnya. Purwokerto berada di Provinsi Jawa Tengah, butuh waktu kurang lebih 5 jam untuk sampai ke kota tersebut dengan jalur kereta api.

Sudah lama tidak mengunjungi kota ini. Padahal dulu, saya pernah mengenyam pendidikan 1 tahun di kota ini. Perjalanan Jakarta-Purwokerto cukup terbilang lancar dihari biasa, jika musim liburan tiba apalagi memasuki libur lebaran kawasan ini dapat tersendat.

Purwokerto adalah kota yang sangat nyaman untuk ditinggali. Purwokerto memiliki banyak wisata alam yang cukup terjangkau untuk dicoba jika kalian berkunjung ke kota ini. Baturaden, misalnya. Purwokerto juga memiliki makanan khas yaitu mendoan. Mendoan adalah tempe yang dibalut terigu yang sudah diberi bumbu dan ditaburi daun bawang. Mendoan biasanya di sajikan dengan sambal kecap.

Jika berkunjung ke Kota Perwokerto saya sering berkunjung ke tempat teman-teman saya dahulu yaitu di Universitas Jendral Soedirman, salah satu universitas negri yang ada di Purwokerto. UNSOED adalah kampus yang sangat asri, masih banyak pohon dikawasan kampus tersebut.

Purwokerto juga memiliki banyak kuliner yang enak dengan harga terjangkau. Jika ingin berlibur beberapa hari Purwokerto juga memiliki hotel dengan taraf internasional, jadi jangan khawatir untuk berkunjung kesana.

Alun-alun Purwokerto juga cukup menarik perhatian saya. Alun-alun Purwokerto akan ramai sekali jika musim libur lebaran tiba. Selain tempatnya yang terbuka, banyak kuliner yang berjejer di alun alun tersebut. Alun-alun Purwokerto juga memiliki air mancur yang jika malam tiba akan dipenuhin lampu lampu yang bisa dijadikan tempat untuk berfoto.

Setelah puas menghabiskan hari hari di kota ini, saya harus kembali ke ibu kota Jakarta untuk melanjutkan hidup. Saya akan terus merekomendasikan kota ini kepada semua orang jika ingin berlibur dengan suasana pedesaan yang kental dan harga yang terjangkau. Tetaplah menjadi kota Purwokerto yang asri, damai dan sejuk. Saya senang berkunjung ke kota Purwokerto. Sampai jumpa lagi ya.


Jumat, 05 Mei 2017

TUGAS 4

tugas 4



BENTUK BENTUK TULISAN DALAM JURNALISTIK

Efek perkembangan teknologi adalah semakin maraknya jurnalisme warga (citizen journalism) di berbagai media, baik cetak maupun online. Artinya, kebebasan untuk menuangkan ide, atau sekedar berbagi laporan dan pengamatan, menemukan akses yang jauh lebih mudah daripada era sebelumnya. Perkembangan ini, tentu saja berimbas pada kian sulitnya pembaca menentukan dan menyaring tulisan-tulisan yang hendak dibaca lantaran tulisan tersebar dan terserak dimana-mana. Pada beberapa kasus, judul tulisan dianggap menjadi salah satu faktor penentu yang mampu menjadi penarik minat baca. Judul-judul bombastis yang seringkali muatan isinya tidak berimbang.
Jika di media cetak, pewartaan selalu mengalami proses penyeleksian sebelum naik cetak, namun bagaimana halnya dengan media online (dibatasi pada jurnalisme warga dalam blok-blok yang penghuninya mencapai ratusan ribu nama) yang cenderung kesulitan untuk menyeleksi ratusan tulisan yang muncul dalam waktu sekian menit? Bisa saja tulisan hoax yang muncul kemudian dikonsumsi pembaca dengan tanpa sadar. Namun disini, bukan masalah seleksi menyeleksi yang akan diperbincangkan, lantaran hal tersebut berada diluar maksud dan jangkauan dari tulisan ini. Dalam penulisan jurnalistik, sebenarnya terdapat bentuk-bentuk tulisan jurnalistik yang umum ditemui dalam sebuah media. Media biasanya membagi-bagi ruangan atau rubrikasi untuk jenis-jenis tulisan yang akan dimuat. Rubrikasi dinamai dengan istilah-istilah atau nama yang ditetapkan oleh media itu sendiri.
Padmono membagi bentuk-bentuk tulisan jurnalistik menjadi lima, diantaranya adalah : (1) berita, (2) reportase atau laporan, (3) feature, (4) artikel, dan (5) kolom. Penjelasan masing-masingnya adalah sebagai berikut :

1.     Berita atau straight news
Tulisan ini berisi laporan langsung yang hanya memuat fakta kejadian dan surat dengan informasi. Sifat tulisan ini padat, lugas, singkat, jelas, dan memenuhi unsur  5W+1H. Berbeda dengan kaidah tulisan yang lain yang isinya dimulai dari yang tidak penting menuju ke klimaks, berita dimulai dengan fakta yang paling penting. Selain itu, isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Oleh karena itu, penulisannya tidak mencampuradukkan fakta dengan opini dan sifatnya beribang.
Struktur berita dikenal dengan piramida terbalik. Semakin ke bawah tulisan itu, isi atau informasi yang disajikan semakin tidak penting. Alasan penulisan seperti itu untuk memudahkan penyuntingan atau pembuangan informasi yang tidak penting karena keterbatasan kolom yang tersedia di surat kabar dan majalah. Cara menuliskan berita dimulai dengan teras berita. Teras ini merupakan bagian terpenting  dari seluruh berita karena ia memuat unsur 5W+1H. Kelima W itu ialah what (apa), who (siapa), where  (dimana), when (kapan),  why (mengapa) dan how (bagaimana).
Jenis-jenis teras itu ditulis sesuai dengan kebutuhan. Bagi masyarakat, sering kali jenis teras yang mengungkapkan apa dari suatu kejadian lebih menarik dibandingkan dengan jenis teras lainnya, tetapi untuk mengungkapkan suatu kejadian, siapa yang mengungkapkan jauh lebih menarik daripada apa yang diungkapkannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh penulis berita dalam penulisan adalah date-line. Penulisan date-line mengikuti aturan masing-masing pada surat kabar. Penulisan date-line didasarkan pada tempat ditulisnya berita tersebut.

2.     Laporan atau reportase
Laporan adalah bentuk berita yang dikembangkan lebih luas, lengkap, dan terinci mengenai suatu peristiwa. Tulisan ini didasarkan atas pengamatan langsung atau keterangan orang lain. Oleh karena laporan harus tetap berpatokan pada 5W+1H dan dilengkapi dengan suasana yang penuh warna atau nuansa.
 Sebuah laporan, semua yang dilihat dapat dilaporkan sehingga pembaca mendapat gambaran yang benar-benar utuh mengenai peristiwa tersebut. Namun, yang perlu dihindari  dalam penulisan laporan tersebut adalah penulis atau wartawan tidak boleh memasukkan opininya dalam laporan tersebut. Cara penulisan laporan pun tidak berbeda dengan tulisan lainnya, yaitu diawali dengan pendahuluan, pengembangan ,dan kemudian penutup.

3.     Feature
Bentuk tulisan feature atau tuturan lebih lengkap  dan terinci dibandingkan dengan laporan atau berita. Kelengkapan feture terletak pada bumbu imajinasi penulisnya. Dalam hal ini, opini penulis dapat dikembangkan dan diramu dengan fakta yang disajikan sehingga tulisannya menjadi menarik dan berisi. Ia juga bisa berbentuk sindiran. Teknik penulisannya pun tidak berbeda dengan penulisan umum, yaitu diawali dengan  pendahuluan, pengembangan dan ditutup dengan kesimpulan.
Feature memiliki enam jenis. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai ke enam jenis feature. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.       Feature Minat Insani (Human Interest Feature)
Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana hati, dan bahkan menguras air mata khalayak. Human interest  termasuk yang paling efektif dalam menyentuh wilayah intuisi, emosi, dan psikologi khalayak yang anonim dan heterogen. Human interest  tak hanya berhubungan dengan manusia. Dunia flora dan fauna pun termasuk di dalamnya.

b.      Feature Sejarah (Hystorycal Feature)
Feature sejarah berusaha untuk melakukan rekonstruksi peristiwa tidak saja dari sisi fakta benda-benda tetapi juga mencakup aspek-aspek manusiawinya yang selalu mengundang daya simpati dan empati khalayak.

c.       Feature biografi (Biografical Feature)
Feature biografi atau tentang riwayat perjalanan hidup seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin pemerintahan dan masyarakat,public figure, atau mereka yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bermanfaat bagi peradaban manusia, senantiasa mendapat tempat yang terhormat di berbagai perpustakaan kampus dan sekolah di seluruh dunia.

d.      Feature Perjalanan (Travelogue Feature)
Feature yang mengajak pembaca, pendengar, atau pemirsa untuk mengenali lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempat-tempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu, disebut feature perjalanan. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang bersama kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peniggalan sejarah. Feature jenis ini terutama dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora, dan fauna.

e.       Feature Petunjuk Praktis (How To Do Feature)
Feature yang menuntun atau mengajarkan tentang bagaimana melakukan atau mengerjakan sesuatu disebut feature petunjuk praktis atau how to do.

f.       Feature Ilmiah (Scientific Feature)
Feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan dengan dunia ilmu pengetahuan, disebut feature ilmiah. Feature yang menceritakan kloning domba di Inggris, kisah penelitian tentang habitat simpanse di Kalimantan, kisah penelitian alam bawah samudera oleh para ilmuwan LIPI di Jepang, merupakan feature ilmiah yang amat mengasyikkan untuk dibaca, didengar, atau ditonton. Feature ilmiah biasanya lebih banyak tampil di televisi daripada di radio dan majalah.
Feature memiliki lima ciri-ciri. Pertama, Feature  (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa. Kedua, Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi, keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan. Ketiga, Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi. Keempat, Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan. Kelima, Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya.

4.     Tajuk Rencana atau Editoral
Bentuk tulisan ini merupakan ulasan mengenai sesuatu hal yang penuh makna. Ulasan tersebut merupakan kajian intelektual yang dilakukan secara intens sehingga mengarah pada suatu kesimpulan yang mengarahkan pembaca untuk memahami permasalahannya. Dengan demikian, editoral merupakan pendapat redaksi surat kabar atau majalah.
Ciri-ciri tajuk rencana biasanya berisi: pertama, opini redaksi tentang peristiwa yang sedang hangat dibicarakan, baik itu aspek social, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olahraga bahkan entertainment, tergantung jenis liputan medianya. Kedua, ulasan tentang suatu masalah yang dimuat. Ketiga, topik yang ditulis dalam tajuk rencana berskala nasional maupun internasional. Keempat, tertuang pikiran subjektif redaksi yang terkait erat dengan kebijakan media yang bersangkutan. Kelima, ditulis secara berkala, bergantung dari jenis terbitan medianya, bisa harian, atau mingguan, atau dua mingguan, dan bulanan.
Untuk menuliskan tajuk rencana, seseorang wartawan yang ditugasi untuk menulisnya harus mempunyai wawasan yang luas. Tidak semua kejadian dapat diangkat menjadi pokok masalah yang layak dibahas oleh redaksi. Salah satu ukuran untuk mengangkat persoalan dalam tajuk rencana ialah adanya aspek khusus yang menonjol yang terkait dengan kepentingan umum atau bangsa.
Teknik penulisan tajuk rencana sama seperti teknik penulisan umum. Ada bagian pendahuluan, pembahasan, dan penutup atau kesimpulan. Pendahuluan itu biasanya dimulai dengan titik tolak kejadian yang aktual. Tajuk rencana ditutup dengan kesimpulan yang mencerminkan pendapat penulisnya. Tidak dapat dibantah, pendapat itu menjadi hak redaksi. Suatu tajuk rencana yang baik tidak hanya melontarkan kritik, tetapi memberikan jalan keluar mengenai suatu masalah atau memberikan alternatif. Hal tersebut berarti penulis tajuk senantiasa harus berfikir positif dan kritis.

5.     Artikel
Tulisan yang berbentuk artikel itu seluruhnya bersisi opini. Kalaupun ada fakta yang disajikan oleh penulisnya, itu hanya merupakan dukungan terhadap opini yang dikemukakannya dan  merupakan hasil pemikiran intelektual penulisnya. Dalam menulis artikel, seorang penulis atau wartawan mendapat kebebasan yang penuh untuk mengembangkan pemikirannya, daya analisisnya terhadap suatu hal tanpa harus dibatasi dengan fakta yang sedang terjadi. Penting bagi penulis artikel adalah ia mampu untuk menyajikan gagasan secara sistematis dan dengan kajian-kajian yang logis.
Teknik menuliskan artikel sama dengan tulisan umum lainnya, yaitu dimulai dengan pendahuluan, pembahasan atau pengembangan, dan ditutup dengan kesimpulan. Untuk menuliskan artikel,  seseorang harus mendalami persoalan yang akan dipaparkannya, kaya dengan wawasan dan didukung dengan bahan bacaan yang cukup. Kalaupun gagasan yang dipaparkannya bukan gagasannya sendiri, tetapi gagasan orang lain, penulis harus mampu menguji pendapat tersebut secara kritis.

6.     Kolom
Sebenarnya  yang dimaksud dengan tulisan kolom dalam surat kabar atau majalah adalah artikel, tetapi ada kekhasan kolom jika dibandingkan dengan artikel. Tulisan-tulisan kolom selalu reflektif atau bersifat renungan. Tulisan dalam bentuk ini tidak sekedar berupa pergumulan intelektual, tetapi juga menyangkut emosi atau perasaan, spiritual bahkan kadang-kadang iman.
Dengan demikian, tulisan yang berbentuk kolom harus mampu menggugah pembacanya untuk bercermin dengan tulisan itu, sehingga menarik kesimpulan sendiri. Tulisan berbentuk kolom  tidak pernah bertele-tele, tetapi singkat, lugas, dan menarik. Ia cenderung mengajak pembacanya untuk menertawakan sikap-sikap yang tidak wajar yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, sifatnya selau menyindir. Kalau  pun ia disarati dengan pesan yang berat, penulisannya selalu ringan dan lincah, kadang-kadang lucu.
Teknik menuliskan kolom tidak berbeda dengan penulisan artikel,  feature atau laporan, tetapi yang perlu diingat dalam menulis kolom, penulis harus benar-benar menguasai  masalahnya sehingga ungkapan-ungkapan, perumpamaan atau contoh yang dipaparkan benar-benar mendukung gagasan yang akan disajikan. Dalam hal ini, kedalaman berpikir seseorang akan menentukan baik tidaknya kolom yang ditulisnya. Itulah sebabnya di kalangan wartawan tidak banyak yang mampu menulis kolom dengan baik.
Tulisan kolom tidak mempunyai struktur tertentu, misalnya ada bagian pendahuluan atau lead, isi atau tubuh tulisan, dan penutup. Kolom langsung berisi tubuh tulisan, yaitu berupa pengungkapan  pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja, bahkan dapat hanya satu kata saja. (Komidi 2007).
Umumnya kolom di muat pada hari-hari tertentu, misalnya Senin untuk olahraga, Selasa untuk kebudayaan dan kesenian, Rabu untuk politik luar dan dalam negeri atau seterusnya. Oleh karena hari pemuatanya tetap, maka lama kelamaan kolom itu juga mengarah pada spesialisasi isi. Banyak sedikitnya juga bergantung pada minat penulisnya sendiri, dan pada lingkungan sumber informasinya dan cara pengumpulan bahanya bisa sederhana dan juga bisa kompleks.



KETERKAITAN ANTARA JURNALISME WARGA (Citizen Journalism) DENGAN MEDIA SOSIAL DAN DAMPAKNYA TERHADAP JURNALISME

a. Keterkaitan antara jurnalisme warga dengan sosial media

Jurnalisme online memiliki sejumlah fitur dan karakteristik yang berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita (Santana, 2005:136). Jurnalisme online memiliki karakteristik yang berbeda dengan jurnalisme tradisional yaitu real time (dipublikasikan dalam waktu seketika), multimedia (dapat memasukkan elemen multimedia seperti teks, suara, musik, animasi dll), dan interaktif/adanya interaktivitas. Beberapa karakteristik itu tentu ada pada social media dan citizen journalism. Dimana karakteristik tersebut semakin menarik atau mempersuasif masyarakat sebagai penggunanya. Menurut Philip Kotler dan Kevin Keller (2012;568), social media merupakan sarana bagi konsumen untuk berbagi informasi teks, gambar, audio dan video dengan satu sama lain dan dengan perusahaan dan sebaliknya. Cakupan social media sebagai sarana berbagi informasi tentu sangat luas. Di era perkembangan jaman yang semakin pesat ini social media bukan hanya digunakan sebagai sarana informasi melainkan bisa digunakan dalam berbagai hal seperti bisnis, eksistensi, dan pencitraan seseorang.

Efek perkembangan internet yang terus berkembang menyebabkan adanya social media yang semakin mempermudah pengguna dalam berinteraksi dengan pengguna lainnya melalui banyaknya jenis social media yang ada. Social media juga dapat diartikan sebagai aplikasi kelompok yang luas dari situs dan internet berbasis yang memungkinkan untuk penciptaan dan berbagi konten. Kebanyakan definisi social media menyoroti dua elemen kunci: · Partisipasi: adanya aliran arah multi komunikasi di mana pengguna dapat menghasilkan serta mengkonsumsi konten. · Komunitas: orang-orang berkumpul di komunitas berdasarkan kepentingan bersama. Status atau kepentingan sosial adalah unsur kunci dalam setiap komunitas. (Hill, Steve. Paul Lashmar. 2014. Online Journalism The Essential Guide. London: SAGE Publications Ltd) Jenis dari social media pun dapat terbilang banyak, diantaranya : situs jejaring sosial (facebook, path), konten (youtube), blog dan microblog (twitter) dan sebagainya Terlihat jelas bahwa dari upload-an berita terkait “Sonya Depari” banyak menarik pengguna atau viewers dari video itu untuk langsung berinteraksi atau saling berkomentar atas video yang di share. Keberadaan youtube selain sebagai media hiburan dan tontonan, pengguna pun dapat dengan mudah berinteraksi atau menjalin interaktivitas dari setiap video baik yang berupa informasi maupun hiburan. Maka kekuatan dari social media yaitu semakin meningkatkan partisipasi masyarakat terkait isu-isu publik.
Pengguna internet di Indonesia terbilang besar dan dari tahun ke tahun semakin bertambah. Menurut lembaga riset pasar e-Marketer,  populasi netter Tanah Air mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Pada 2017, eMarketer memperkirakan netter Indonesia bakal mencapai 112 juta orang, mengalahkan Jepang di peringkat ke-5 yang pertumbuhan jumlah pengguna internetnya lebih lamban. Lantas, apa manfaat media sosial bagi responden? 76 persen menggunakannya sebagai sarana memantau informasi, 46 persen sebagai sumber ide berita, 36 persen sebagai sarana monitoring/evaluasi, 31 persen sebagai sumber mencari sumber, 24 persen sebagai bahan berita dan 16 persen sebagai sarana verifikasi. Lantas bagaimana partisipasi responden dalam menciptakan konten bagi media sosial?  Jawaban  diperoleh dari pertanyaan mengenai pesan apa yang biasanya disampaikan melalui akun media sosial responden? 41 persen responden menginformasikan mengenai kegiatan kerja yang tengah dilakukan. Sebanyak 40 persen menginformasikan mengenai berita menarik di organisasi media di mana mereka bekerja.  Media sosial berfungsi menjadi sarana meluaskan basis konsumen berita yang diproduksi organisasi media/jurnalis. Sebanyak 32 persen responden menggunakan akun media sosialnya untuk ekspresi personal atau perasaan (termasuk galau?), hanya 11 persen yang menggunakan akun media sosialnya sebagai sarana melakukan kritik sosial atas kebijakan public/komentar berita/peristiwa. Maka terlihat jelas banyak manfaat yang diperoleh dari adanya social media saat ini. manfaatnya pun dapat beragam, bukan hanya mengenai interaktivitas. Tak mengherankan jika pengguna social media pun semakin bertambah. Sehingga perkembangan internet yang pesat ini menimbulkan dampak adanya kemunculan berbagai macam aplikasi yang canggih yang semakin mendukung pengguna untuk menggunakan social media. Misalnya path, instagram, bbm, dan linkedlin.
Semua itu semakin mempermudah pengguna untuk dapat berinteraksi dengan pengguna lainnya di social media. Selain perkembangan internet yang memicu penggunaan social media yang semakin besar. Ada pula, perkembangan lain yang erat kaitannya dengan pengguna yaitu adanya fenomena citizen journalism atau sering disebut sebagai jurnalisme warga. Terdapat beberapa istilah yang dikaitkan dengan konsep citizen journalism  diantaranya public journalism, civic journalism, advocacy journalism, citizens media participatory journalism, dan participatory media. Menurut Winoto (2010, p.1) citizen journalism diartikan sebagai proses dimana seseorang yang bukan berasal dari jurnalis profesional namun memberikan kontribusi kepada media. Sedangkan orang yang melakukannya disebut citizen journalist atau yang lebih dikenal sebagai jurnalis warga. Sedangkan Shayne Bowman & Chris Willis (2003) citizen journalism adalah bahwa warga memiliki hak untuk menjadi pencari, pemproses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat luas melalui media. Sehingga seorang citizen journalism berbeda dengan jurnalis pada umumnya. Sebab, citizen journalism merupakan warga bukan jurnalis yang melaporkan atau menyampaikan berita. Maka citizen journalism jelas berbeda dengan jurnalis professional. Seorang jurnalis professional tentu memiliki kartu pers resmi dan terdaftar dalam Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Kemunculan citizen journalism tentu juga memberikan manfaat, seperti : memberikan sudut pandang referensi terhadap isu-isu yang berkembang, sumber berita menjadi beragam dan sebagainya. Sementara itu, seorang ahli media yang sering menulis di poynter.org, Stive Outing (2005) memilah citizen journalism ke dalam 11 kategori: Membuka ruang untuk komentar publik, dimana pembaca bisa bereaksi, memuji, mengkritik, atau menambahkan bahan tulisan jurnalis professional. Ini mungkin yang kita kenal sebagai ruang “surat pembaca” di media konvensional. Menambahkan pendapat masyarakat sebagai bagian dari artikel yang ditulis jurnalis professional. Biasanya ada kontribusi pendapat dari luar jurnalis, dimana foto kontributor akan ikut diterbitkan. Ini juga yang biasa kita jumpai di majalah-majalah umumnya. Kolaborasi antara jurnalis professional dengan non jurnalis yang memiliki kemampuan dalam materi/ bidang yang akan dibahas dalam artikel tersebut, sebagai bantuan dalam mengarahkan atau memeriksa keakuratan artikel. Terkadang professional non jurnalis ini bisa juga menjadi kontributor tunggal yang menghasilkan artikel tersebut. Ini juga bisa kita temui di media konvensional. Bloghouse, sebuah website yang mengundang pembaca untuk ikut membaca. Newsroom citizen „transparency‟ blogs, merupakan blog yang disediakan untuk upaya transparansi organisasi sebuah media, dimana pembaca bisa memasukkan keluhan, kritikan, atau pujian atas pekerjaan media tsb. Stand-alone citizen journalism site: melalui proses editing. Stand-alone citizen journalism site: tanpa proses editing. Stand-alone citizen-journalism website dengan tambahan edisi cetak. Hybrid: Pro + Citizen journalism.
Suatu kerja organisasi media yang menggabungkan pekerjaan jurnalis professional dengan jurnalis warga. Disini ada peran para editor dalam menilai dan memilih berita yang akan diangkat ke halaman utama. Kontribusi berita tidak otomatis diterima sebagai sebuah berita, dan berita yang masuk masih tersaring lagi sebagai berita yang menjadi topik utama (berhak muncul di halaman pertama) atau bukan. Contohnya adalah ohmynews.com Penggabungan antara jurnalis professional dan jurnalis warga dalam satu atap, dimana website membeli tulisan dari jurnalis professional dan menerima tulisan jurnalis warga. Model wiki, dimana pembaca adalah juga editor. Setiap orang bisa menulis artikel, dan setiap orang bisa memberi tambahan atau komentar terhadap artikel yang terbit. Kategorisasi diatas dapat membedakan bagaimana citizen journalism dengan jurnalis professional. Siapapun bisa menjadi seorang citizen journalism tetapi tak semua orang bisa menjadi seorang jurnalis professional.
Pekerjaan seorang jurnalis professional tentu berbeda dengan seorang citizen journalism atau jurnalis warga tersebut. Terlihat jelas bagaimana citizen journalism memberikan suatu layanan kepada publik atau pengguna dalam interaktivitas. Selain interaksi dengan pengguna lain, pengguna atau masyarakat pun dapat mengkoreksi dengan berkomentar melalui berita yang disampaikan. Stuart Allan dan Einar Thorsen tidak berusaha untuk mendefinisikan jurnalisme warga dalam buku mereka dengan nama yang sama, tetapi mereka membahas bentuk jurnalisme warga yaitu: blog, pengumpulan berita warga, dan secara implisit sesuatu selain "perusahaan" usaha berita (Allan dan Thorsen 2009). Mark Deuze mengemukakan bahwa ciri jurnalis warga sebagai "memproduksi berita pada konsumen", tetapi juga bertentangan dengan jurnalis profesional sebagai " rekan pesaing" (Deuze 2007: 122) Dengan adanya citizen journalism tentu semakin memudahkan pengguna/masyarakat dalam mendapatkan informasi atau berita dengan cepat dari sumber yang ada. Keberadaan media sosial dan citizen journalism juga memberikan dampak kemudahan adanya interaktivitas dari pengguna satu ke pengguna lainnya.  Semua media cetak dan penyiaran tentunya interaktif. Pemirsa televisi dan pendengar radio harus menyalakan pesawatnya dan memilih gelombang dan saluran (channel). Dengan adanya remote control semakin mempermudah pengguna dalam memilih channel. Tetapi, media ini tidak menawarkan kesempatan untuk berinteraksi. Media televisi dan radio tidak memiliki mekanisme feedback untuk berinteraksi. Kecuali kontribusi email dan telephone. Sedangkan surat kabar dan majalah dinilai lebih interaktif karena pembaca dapat memilih bagian yang disuka. Sementara itu, kemunculan internet saat ini seperti adanya social media dan citizen journalism memberikan suatu akses interaktivitas yang lebih daripada media lainnya. Terlebih, internet terus berkembang dari tahun ke tahun dan memunculkan banyak inovasi. Interaktivitas didefinisikan sebagai pengguna internet yang dapat saling berinteraksi. Informasi yang disajikan tidak hanya berupa teks, tetapi juga animasi, grafis, maupun audio wawancara dengan narasumber terkait. Konvergensi media penyiaran dengan internet menciptakan global internet. Fenomena tersebut memiliki dampak adanya kecepatan dalam mendapatkan informasi. Bukan hanya itu, akses ke media pun semakin banyak memberikan pilihan pada penggunanya.
Kemunculan multimedia dan interaktivitas saat ini bisa jadi merupakan dampak dari adanya global internet di dunia. Maka tak mengherankan bila social media dan citizen journalism membentuk dan mendukung adanya interaktivitas dalam masyarakat. Bentuk interaktivitas yang terjadi dapat terlihat dari banyaknya pengguna atau masyarakat yang ketika ada informasi tersebar di social media maupun melalui citizen journalism langsung memberikan respon atau komentar atas informasi tersebut terlebih bila informasi itu menyangkut kepentingan publik yang luas. Bukan hanya terkait informasi, akan tetapi bentuk interaktivitas lain juga terlihat dalam hal bisnis, dimana ada pula pengguna yang memanfaatkan social media sebagai sarana atau peluang untuk bisnis. Misalnya, maraknya online shop di social media instagram, facebook hingga bbm. Citizen journalism pun juga memberikan peluang pendapatan uang dari pengguna dengan informasi atau berita yang diberikan pada media. Sehingga adanya social media dan citizen journalism tidak terbatas pada pembentukan interaktivitas dalam masyarakat melainkan juga efek lain bagi penggunanya.

b. Dampak keterkaitan antara jurnalisme warga dengan sosial media terhadap jurnalisme

Masa depan adalah saat ini. Kantong kita penuh dengan gadget dan teknologi. Jadi bukanlah hal yang mengejutkan jika jurnalis menggunakannya untuk meliput berita terbaru bahkan semua orang pun mengabadikan momen-momen penting dalam hidupnya melalui bantuan gadget. Teknologi ini mendorong kecepatan berita. Dulu jurnalis menggunakan pulpen dan kertas, kamera film, alat-alat semacamnya. Tetapi saat ini khalayak telah berubah. Jurnalis hidup dalam masyarakat yang penuh tuntutan, orang-orang mendengar dan melihat dalam berbagai perangkat. Jurnalis harus bergerak cepat agar khalayaknya tidak hilang atau berkurang. Teknologi membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Melalui teknologi ini media sosial dan jurnalisme warga pun berkembang. Jurnalisme Warga Semua orang memiliki cerita dan pasti ada orang yang mau mendengarkannya. Kita semua bisa menjadi jurnalis, kita semua adalah saksi setiap peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang adalah jurnalis warga pada titik tertentu, bahkan bisa menjadi jurnalis yang penting di dunia. Pada waktu dan tempat yang tepat dan kita memiliki telepon genggam, mengirimkan satu kalimat, bisa mengubah dunia.
Elemen jurnalisme ke-10 menurut Kovach dan Rosenstiel yakni, publik, (Citizens, too, have rights and responsibilities when it comes to the news) dalam subjudul buku “What Newspeople Should Know and The Public Should Expect”. Kemunculan jurnalisme warga adalah salah satu bentuk kekecewaan publik terhadap jurnalisme konvensional yang penuh dengan kealpaan (Iskandar & Lestari, 2016). Menurut Alan dan Thorsen ( 2009), jurnalisme warga sering dikaitkan dengan aktivis politik yang berusaha untuk menantang lembaga masyarakat dan relasi kekuasaan. Peran jurnalisme warga adalah yaitu berlaku sebagai kritik media, juga bisa mengkritik prinsip-prinsip jurnalis profesional domestik, melakukan tindakan terhadap isu yang mungkin di abaikan. Dalam konteks globalisasi, perkembangan ini menuntun pada cara baru untuk memahami perubahan sosial. Jurnalisme warga sangat cepat bermunculan. Inilah masa depan jurnalisme dan kita harus siap dan terbiasa dengan itu. Dengan kemajuan teknologi, kemampuan untuk melakukan kegiatan jurnalistik menyebar ke semua orang. Orang-orang dapat men-tweet dan mengunggah video yang diambil menggunakan telepon genggam dan mampu menyampaikan cerita kepada khalayak di saat itu juga.
Menurut Sitepu (2001), konsep berpikir jurnalisme secara luas yaitu masyarakat biasa dapat melakukan kegiatan junalistik dengan membuat media sendiri, dimana wujud medianya bukan perusahaan profesional, tetapi berbasis komunitas atau individu. Di sana tidak ada struktur pemimpin umum, pemimpin redaksi, apalagi pemimpin perusahaan. Jurnalis warga hanya berkonsentrasi pada mutu, jumlah, dan pengayaan terhadap isi medianya. Jurnalisme jenis ini (jurnalisme warga) terus bertumbuh dan kita bisa melihat kekuatannya.Jurnalisme warga tidak melulu tentang politik,  bisa tentang ekonomi, tentang komedia pun bisa, dan sebagainya. Jurnalisme warga juga lebih dari sekedar memotret kesalahan para politisi atau selebriti. Jurnalisme warga mampu menerobos kisah-kisah yang bisa metransofrmasi jurnalisme tradisional. Jurnalis warga dapat pencarian dokumen-dokumen atau mengisi petunjuk-petunjuk investigasi yang sedang dilakukan oleh suatu media, dengan menemukan informasi di dalam komunitas mereka. Jurnalisme warga bisa menggali informasi apapun yang ada di lingkungannya yang sedang hangat, dan menjadi semakin kreatif dalam menyelidiki untuk menemukan fakta-fakta dan memberitakannya .Hal yang membuat jurnalisme warga  menjadi hal yang digemari saat ini adalah tidak ada aturan yang tertulis.Meskipun jurnalis secara fundamental harus memiliki komitmen terhadapa akurasi, verifikasi fakta, dan keberimbangan harus tetap di jaga.
Semua orang bisa menjadi jurnalis warga, yang dibutuhkan hanyalah hasrat atau keinginan yang kuat, sedikit latihan, dan keinginan untuk menyampaikan cerita yang bagus. Kita bisa bergabung dengan situs berita atau menyebarkan berita kita secara independen baik melalui media sosial maupun blog, atau situs berita pribadi. Saat ini adalah waktu yang terbaik bagi setiap warga untuk keluar dan melaporkan semua kejadian yang ada di sekitarnya. Lalu, apa peran media atau perusahaan media dalam menghadapi era jurnalisme baru ini? Jadi perusahaan media harus memiliki strategi, melihat perilaku masyarakat yang sudah mulai berlomba-lomba mengunggah segala informasi di sekitarnya, perusahaan media dapat membuat berita dari “keributan-keributan” atau hal viral yang tersebar di internet, misalnya seorang jurnalis melihat potongan gambar atau informasi yang terpisah-pisah, tweetyang berbeda tetapi dengan topik yang sama, maka tugas jurnalis adalah mencari tahu urutan ceritanya dan mencari tahu apa yang terjadi, menyatukan semua pecahan informasi, dan menjadikannya sebuah berita. Cara kerja seperti ini salah satu strategi agar media tidak tertinggal dengan kecepatan penyebaran informasi dari jurnalis warga. Kemudian ada satu hal lagi yang bisa dilakukan perusahaan media untuk bertahan. Ada satu hal yang tidak dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Hal tersebut adalah seperti menginvestigasi korupsi perusahaan multinasional atau politisi yang korupsi. Itu adalah pekerjaan jurnalis profesional yang memiliki banyak sumber dan jaringan, pengetahuan untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dan menemukan sebuah peristiwa kemudian mengungkapkan hal itu kepada publik.
Bagaimana media sosial mengubah jurnalisme? Menururt Pusat Penelitian Pew dalam (TheLipTV, 2014), ada 3 media sosial utama yang menjadi sumber orang-orang untuk mendapatkan berita khususnya orang Amerika. Pertama Facebook, kedua Twitter, ketiga Youtube. Twitter dan Facebook adalah media sosial yang sangat membantu untuk mendapatkan informasi secara cepat, bahkan menemukan informasi dan membagikannya. Kita juga bisa benar-benar bisa mengetahui apa yang sedang terjadi di kehidupan orang-orang. Tidak hanya itu penggunaan Instagram, Pinterest, Tumblr, LinkedIn, dan sebagainya dimanfaatkan oleh media-media yang ada agar tidak ketinggalan. Meski memilki sekian dampak positif, tetapi media sosial memiliki kelemahan. Kita harus memverifikasi informasi tersebut, dan itu membutuhkan keinginan yang kuat untuk melakukan pengecekan fakta. Kontrol terhadap aliran informasi ini harus ada. Media sosial mengubah jurnalisme dalam banyak aspek. Ada sisi positif dan negatif.  Khalayak tidak lagi tidak memiliki patokan siaran penerbit berita karena mereka memiliki banyak pilihan media untuk dijadikan sebagai sumber informasi, dan hal tersebut berarti bahwa wawasan khalayak bisa lebih luas dan terbuka karena mereka bisa mengakses informasi yang sama di berbagai macam media. Melalui media sosial, media massa bisa menjangkau lebih banyak audiens karena ada sebagian orang yang hanya mencari berita dalam ruang digital. Facebook sendiri memilik dampak yang luar biasa dalam praktik dan bisnis jurnalisme ini. Internet adalah seperti aliran lalu lintas kenyataan, dan jika suatu informasi atau berita tidak sukses di Facebook, maka itu juga tidak akan sukses dalam aspek lain. Twitter pun salah satu media sosial yang penting dan merupakan suatu wadah yang baik untuk membuat agenda dan memulai diskusi dengan khalayak, tetapi Facebook adalah tempat dimana orang-orang benar-benar mendiskusikan dan berbagi informasi tersebut.
Melibatkan jurnalis warga dalam perusahaan-perusahaan media merupakan suatu ide yang harus bisa di terima oleh perusahaan media untuk mengikuti perkembangan zaman. Media harus bisa menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang baru. Hal yang dapat dipelajari oleh media tradisional dari media baru adalah agar terpacu untuk menjadi lebih cepat, membawa lebih banyak suara dalam diskusi, dan media tradisional harus menciptakan lingkungan dimana orang-orang percaya bahwa media tersebut bisa menyatukan semua orang. Kini, media baru pun berkembang menjadi semakin profesional, jadi semakin terlihat seperti media yang lama, dan media lama pun mengikuti tren media baru dengan memiliki situs-situs sejenis blog atau memiliki web berita, dan hal ini dalam hal tertentu semakin mengaburkan batas antara media media tradisional dan media baru atau media sosial. Perubahan ini menggentarkan, menakutkan, karena konsumen memiliki lebih banyak tanggungjawab, dan konsumen bisa mencari tahu siapa yang bisa dipercaya. Informasi yang kita terima tergantung pada sikap kita terhadap penggunaan  media sosial.
Bagaimana kita menggunakannya berita atau informasi yang ada di media sosial, dan pemahaman kita terhadap berita yang dibaca. Salah satu berita buruk adalah ketika kita mengakses Facebook, yang sering muncul di beranda kita adalah unggahan terbaru dari teman Facebook atau orang-orang yang terkait dengan kita. Informasi yang kita terima pun relatif sempit karena sumbernya hanya dari orang-orang yang sama dan  Facebookmenyaring apa yang kita lihat dan kita pilih, khususnya dalam kaitannya dengan berita dan kontennya. Padahal inti dari berita adalah untuk membuka wawasan dan mata kita terhadap dunia. Bagaimana kita bisa mendapatkan sisi pandangan yang berbeda jika yang kita lihat hanya informasi dari orang yang sama terus menerus? Dan hanya sekitar 34 % pengguna Facebook yang menyukai halaman organisasi berita, jadi ini menguatkan fakta bahwa kebanyakan pengguna Facebook mendapatkan berita dari temannya, bukan dari halaman atau situs berita. Bahkan terkadang setelah pengguna menyukai halaman berita, berita dari halaman itu tidak muncul, tetapi yang selalu muncul adalah berita yang diunggah temannya, dengan topik  yang umum atau populer seperti hiburan, kejadian dan orang dalam komunitas, olahraga, dan seterusnya. Jangka waktu orang untuk mengakses media sosial pun lebih banyak daripada waktu yang dihabiskan ketika membuka situs atau halaman berita melalui salah satu media sosial seperti Facebook.  Jika membuka halaman atau situs berita melalui Facebook, rata-rata orang menghabiskan waktu hanya 1 menit 40 detik, sedangkan ketika seseorang membuka situs berita langsung melalui browser, biasanya waktu yang dihabiskan sekitar 4 menit 37 detik, jadi perbedaannya cukup signifikan. Ada perbedaan kedalaman informasi yang diterima berdasarkan durasi waktu yang dihabiskan dan level jurmlah informasi yang diterima. Orang-orang memilih untuk berbagi foto atau video dari peristiwa yang terjadi saat itu. Jadi lebih banyak diskusi yang terjadi atas berita atu isu yang dibagikan. Masyarakat bisa berinteraksi dengan situs atau halaman berita dan membuatnya menjadi nyata,bahkan memproduksi berita (jurnalisme warga) daripada hanya menjadi penerima informasi yang pasif. Media sosial dan jurnalisme warga menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan kebebasan dan kemerdekaan dalam negara demokrasi. Hal ini merupakan sebuah peringatan bagi perusahaan-perusahaan media agar harus terus berinovasi dan meningkatkan kualitas pemberitaanya. Jika tidak, media tersebut berpeluang untuk ditinggalkan. Pemanfaatan teknologi harus dimaksimalkan dan terus dikembangkan.