A.Laporan
Pra Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi
- Laporan Pra Produksi
1. Ide
gagasan :
Tujuan
pembuatan artikel ini adalah untuk memberikan pembelajaran dan mengenal lebih dekat mengenai kebudayaan yang untuk zaman sekarang kurang diperhatikan keberadaannya.
2. Adapun ide dalam artikel ini ini
diperoleh dari :
Lingkungan sekitar yang secara tidak langsung melunturkan nilai kebudayaan
Pengalaman diri sendiri sebagai anak muda yang merasakan kurang tertarik dengan kebudayaan
3. Rencana
Peliputan :
Sekitaran Area Wisata Laksa Kota Tangerang dan sekitaran Kantor Walikota Tangerang. Alasan saya memilih lokasi ini karena banyaknya objek kebudayaan yang menarik untuk di explore.
4. Persiapan
Perlengkapan :
Kamera,
tripod, handphone (sebagai alat perekam audio), dan alat tulis.
- Laporan Produksi
*Pemilihan
angle foto dan video jurnalistik tentang beberapa kebudayaan yang ada di Kota Tangerang
*Wawancara
dengan seseorang yang sedang berkunjung ke Area Wisata Laksa Kota Tangerang
*Penulisan
artikel jurnalistik mengenai kebudayaan yang ada di Kota Tangerang
- Laporan Pasca Produksi
*Editing
video dengan awal pengambilan gambar dibiarkan murni tetapi di beberapa scene disertai Voice Over dan video hasil
wawancara dengan narasumber langsung
*Proses
pengeditan artikel ini saya lakukan secara sederhana dengan menggunakan
aplikasi VideoPad dan Free Video Compressor pada PC/ komputer saya
*Editing
laporan naskah berita berupa artikel jurnalistik mengenai beberapa kebudayaan yang ada di Kota Tangerang
B.
Artikel Hasil Liputan
Kota Tangerang Kaya Akan Budaya
Pada mulanya, penduduk Tangerang boleh dibilang
hanya beretnis dan berbudaya Sunda. Mereka terdiri atas penduduk asli setempat,
serta pendatang dari Banter., Bogor dan Priangan. Kemudian sejak 1526, datang
penduduk baru dari wilayah pesisir Kesultanan Demak dan Cirebon yang beretnis
dan berbudaya Jawa, seiring dengan proses Islamisasi dan perluasan wilayah
kekuasaan kedua kesultanan itu. Mereka menempati daerah pesisir Tangerang
sebelah barat.
Keragaman etnis penduduk Batavia sebagai dampak
kebijakan Kompeni Belanda di bidang kependudukan di Kota Batavia melahirkan
ragam etnis dan budaya Melayu Betawi. Dinamakan demikian, karena mereka
berbicara dalam bahasa Melayu sebagai alat komunikasi sosialnya dan bertempat
tinggal di daerah Betawi, sebutan orang pribumi bagi Kota Batavia. Penduduk
etnis dan budaya Betawi ini menyebar ke daerah sekeliling Kota Betawi, termasuk
daerah Tangerang. Mereka menempati daerah pesisir sebelah timur dan daerah
pedalaman timur Tangerang.
Kebijakan Kompeni tersebut melahirkan pula keturunan
orang China dalam jumlah banyak di Kota Batavia yang menyebar ke daerah
Tangerang, sebagai dampak dari pemberontakan orang-orang China di Kota Batavia
pada 1740 dan lahirnya status tanah partikelir. Keturunan orang China ini
tersebar di daerah tanah partikelir, terutama di daerah pesisir Tangerang
sebelah timur. Selanjutnya, kebudayaan mereka berasimilasi dengan kebudayaan
Melayu Betawi. Dari pertemuan itu lahirlah jenis-jenis budaya yang bercirikan
Melayu Betawi dan China yang kini populer disebut budaya Betawi, seperti teater
lenong, tari topeng, dan lain-lain.
Dengan perkembangan penduduk seperti itu, peta
penduduk dan budaya di Tangerang terbilang unik. Daerah Tangerang Utara bagian
timur berpenduduk etnis Betawi dan China serta berbudaya Melayu Betawi. Daerah
Tangerang Timur bagian selatan berpenduduk dan berbudaya Betawi. Daerah
Tangerang Selatan berpenduduk dan berbudaya Sunda. Sedang daerah Tangerang
Utara sebelah barat berpenduduk dan berbudaya Jawa.
Dalam konteks keseluruhan pemerintahan di wilayah
Tatar Sunda, kedudukan Tangerang mengalami beberapa kali perubahan dalam
tingkat dan struktur pemerintahan. Sebagaimana telah dikemukakan, pada awal abad
ke-16 Tangerang berstatus sebagai salah satu kota pelabuhan dalam lingkungan
Kerajaan Sunda. Pada masa itu kota pelabuhan berada di bawah kuasa seorang
syahbandar yang bertanggung jawab langsung kepada raja Sunda.
Dibangun di atas tanah seluas 49 hektar dengan luas
halaman 6.612 ,24 m2 terdiri dari lima lantai dan menghabiskan biaya sebesar
Rp. 60 Milyar dalam 3 tahun anggaran, gedung ini dirancang oleh Ir. Slamet
Wirasonjaya. Tujuan dibangun gedung ini adalah dipergunakan untuk kegiatan
legislatif dan eksekutif, sehingga penyelenggaraan kegiatan tersebut akan
terkonsentrasi dalam satu area.
Beberapa kebudayaan yang ada di Kota Tangerang :
- Festival Cisadane
Salah satu upaya Pemerintah dan masyarakat Kota
Tangerang untuk memperkenalkan potensi pariwisata Kota Tangerang yaitu dengan
memanfaatkan keberadaan Kali Cisadane yang membelah Kota ini, yaitu
"Festival Cisadane".
Festival Cisadane tidak hanya bertujuan untuk
mempromosikan aset wisata, namun yang lebih penting adalah sebagai media
hiburan dan pesta rakyat, agar masyarakat Kota Tangerang, mampu memberikan
tampilan yang menjadikan daya tarik wisatawan maupun masyarakat Kota Tangerang
yang dimeriahkan dengan lomba Perahu Naga, Perahu Tradisional (Kole-kole),
Bazaar dan Pagelaran Seni Tradisional.
- Tarian Lenggang Cisadene
Lalu yang ke dua ada tarian lenggang cisadane.
Tarian lenggang cisadane adalah salah satu tarian yang memperpadukan unsur
budaya di kota Tangerang, seperti budaya Sunda, Jawa, Betawi, Arab, China.
Biasanya tarian ini diiringi dengan music marawis.
- Makanan Laksa Khas Kota Tangerang
Laksa ini makanan ciri khas orang Tangerang banget.
semua orang di Tangerang pasti pernah mencicipinya. Biasanya makanan ini agar
lebih nikmat di tambah telur rebus. Kita bisa membelinya dengan harga kurang
lebih 12ribu. Untuk tempatnya biasanya berada di Jl. Muhammad Yamin, depan LP
Wanita Kota Tangerang.
C.
Foto Jurnalistik
D.
Video Jurnalistik