2. Membuat artikel teknik editing berita online
EDITOR
DESKRIPSI
KERJA
Tugas
editor adalah editing –mengedit, menyunting, yakni proses penentuan, seleksi,
dan perbaikan (koreksi) naskah yang akan dimuat atau dipublikasikan. Di
media massa, editing adalah tugas redaktur.
Dalam
proses penulisan naskah berita, editing merupakan bagian dari aktivitas
pengolahan hasil liputan (news processing) setelah melewati tahap news
planning(perencanaan berita), news gathering (peluputan
peristiwa di lapangan), dan news writing(penulisan bahan-bahan
berita menjadi sebuah tulisan berita).
TUJUAN
EDITING
- Memperbaiki
struktur kalimat yang ruwet agar lebih lancar dan komunikatif,
- Menjaga
agar isi naskah dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan
visi dan misi redaksi, serta menarik perhatian pembaca/audience.
- Menyesuaikan
naskah dengan gaya media bersangkutan, standar bahasaserta kelayakan naik
cetak (fit to print) atau kelayakan siar (fit to broadcast).
DETIL
EDITING: TEKNIS
- Mencari
kesalahan-kesalahan faktual dan memperbaikinya, di
antaranya kekeliruan salah tulis tentang nama, jabatan, gelar, tanggal
peristiwa, nama tempat, alamat, dan sebagainya.
- Memperbaiki
kesalahan dalam penggunaan tanda-tanda baca.
- Tegas dalam
hal-hal seperti penggunaan huruf besar dan singkatan, penggunaan gelar,
tanda baca, ejaan, tata bahasa, pemilihan jenis huruf untuk judul,
dsb.
- Mengetatkan
tulisan atau menyingkat tulisan sesuai dengan ruang yang tersedia,
termasuk membuang atau memotong (cutting) paragraf yang tidak
penting.
- Mengganti
kata atau istilah yang tidak memenuhi prinsip ekonomi kata.
- Melengkapi
tulisan dengan bahan-bahan tipografi, seperti anak judul (subjudul), di
mana diperlukan.
- Menulis
atau menentukan judul dan lead atau teras
berita jika dipandang perlu.
- Di beberapa
suratkabar, editing juga termasuk menulis caption (keterangan
gambar) untuk foto dan pekerjaan lain yang berhubungan dengan cerita yang
disunting itu.
DETIL
EDITING: NON-TEKNIS
- Memperhatikan
apakah naskah berita sudah memenuhi nilai-nilai jurnalistik dan kriteria
layak muat —aktual, faktual, penting, dan menarik.
- Meneliti
apakah naskah berita sudah menaati doktrin kejujuran (fairness doctrine)
serta asas keberimbangan (cover both side). Jika belum, tugaskan
kembali reporter untuk memenuhinya.
- Memperhatikan
apakah opini, interpretasi, atau penilaian wartawan lebih menonjol
daripada fakta hasil liputan.
- Menjaga
jangan sampai terjadi kontradiksi dalam sebuah naskah.
- Menjaga
jangan sampai terjadi penghinaan, arti ganda, dan tulisan yang memuakkan (bad
taste).
- Sadar
mengenai sifat-sifat umum tentang umur, taraf hidup, dan gaya hidup para
pembaca utama korannya, dan menyunting naskah sesuai dengan sifat umum
tersebut.
- Memperbaiki
tulisan opini (artikel) dengan segala upaya tanpa merusak cara penulisnya
menyatakan pendapatnya. Karenanya, redaktur harus membaca lebih dahulu
seluruh cerita/naskah untuk mendapatkan pengertian penuh tentang apa yang
berusa dikatakan oleh si penulis.
- Menjaga
masuknya iklan terselubung sebagai berita. Dengan demikian, editing
tidaklah semata-mata memotong (cutting) naskah agar sesuai atau pas
dengan kolom yang tersedia, akan tetapi juga membuat naskah enak dibaca,
menarik, dan tidak mengandung kesalahan faktual. Ia mengubah redaksional
naskah tanpa mengubah makna atau substansinya. Jika perlu, editor
melakukan penulisan ulang (rewriting).
KELENGKAPAN
EDITOR
- Style Book –buku pedoman gaya bahasa
khas media tempat editor bekerja.
- Kamus Bahasa.
- Kamus singkatan (akronim).
- Peta.
- Buku biografi tentang tokoh-tokoh
ternama.
- Ensiklopedi.
- Buku telefon.
- Buku atau koleksi ucapan atau pepatah terkenal.
SYARAT
EDITOR
Dikemukakan
mantan Pemimpin Redaksi Harian Times London, Harold Evans,
dalam buku Newsman’s English:
- Berwawasan luas
- Berkepala dingin
- Sanggup bekerja dalam suasana
tergesa-gesa dan rumit tanpa menderita perasaan tertekan
- Cermat, hati-hati, tekun
- Tegas
- Melihat dari sudut pandang pembaca.
CARA
KERJA SEORANG REDAKTUR
Tugas
editing (penyuntingan) yang dihadapi redaktur di daerah cukup berat. Selain
karena kualitas sumber daya (terutama reporter) terbatas, beberapa media
sahamnya juga memiliki Pemda setempat. Dengan be-gitu, tantangan yang dihadapi
bukan saja bagaimana menyajikan berita semenarik mungkin, tapi juga bagai-mana
menjaga agar redaksi tetap independen.
Proses
editing sangat penting peranannya dalam me-nentukan kualitas kerja redaksi,
karena mutu produk akhir yang disajikan kepada pembaca (baik berupa be-rita,
foto, grafis, dan lain – lain) yang dimuat dikoran diten-tukan pada tahapan
ini. Karena itu, proses editing ini di-serahkan kepada wartawan yang sudah
senior, berpe-ngalaman, dan berwawasan. Editing dimaksudkan untuk mengetahui
antara lain apakah:
.
Berita itu layak dimuat misalnya, memenuhi standar rukun iman berita atau layak
berita).
2.
Fakta yang terkandung dalam berita itu sudah benar.
3.
Ditulis dengan baik (berbahasa Indonesia dengan benar, tuli-sannya runtut dan
menarik, bisa dipahami oleh pembaca dan lain – lain).
4.
Memenuhi standard moral (seimbang, coverage both side, tak melanggar kode
etik).
5.
Diperoleh lewat prosedur yang benar, serta memprediksikan seberapa jauh dampak
pengaruh berita itu bagi media yang bersangkutan (misalnya untuk berita –
berita yang agak menyerempet bahaya kepihak ketiga).
Deskripsi diatas menunjukkan
bahwa tugas seorang redaktur yang melaksanakan tugas editing cukup berat.
Sebab, seperti yang terjadi di beberapa media, redaktur juga punya tugas harian
lainnya, seperti ikut meren-canakan berita, fungsi koordinasi liputan, pengarah
tata letak dan lain –lain.
Keseimbangan
Akhir – akhir ini ada kecenderungan
para pekerja pers agak berani melanggar “kode etik”. Misalnya memuat berita
yang sepihak sehingga merugikan pihak lain. Bia-sanya hal ini karena
ketidakperdulian/kemalasan untuk mendorong wartawan melengkapi sumber
beritanya.
Berita
di boks kiri bawah Metropolis tentang wanita, sungguh pun digemari para
pembaca, rawan komplain. Sebab, seringkali berita itu didapat secara sepihak
(bah-kan seringkali daripengacara sang klien), tanpa ada upaya menghubungi
pihak “lawan” dari klien pengacara tersebut.
Yang
juga sering mendapat komplain adalah mem-bawa – bawa nama lembaga yang tak
terkait langsung dari pelaku atau korban kriminal. Contoh terbaru adalah kasus
Kepala Bagian Keuangan Unair yang menjadi ter-sangka penipuan puluhan juta.
Demikian pula tentang istri kepala capem BCA yang dibantai perampok, karya-wan
BTN yang meninggal di kamar rumah karyawati Bank Aspac dan lain –lain.
Menurut
hemat saya, kita boleh menyebut identitas tersangka/korban dengan kelembagaan
tertentu yang tak terkait langsung pada isi berita, bukan pada judul.
Akurasi
Masalah
akurasi akhir – akhir ini juga sering dilupakan. Mulai dari yang kecil – kecil
seperti soal nama orang, tempat kejadian, penulisan ejaan, jabatan, bahasa
asing/daerah, sampai salah kutip pernyataan atau salah per-sepsi. Sebagai
contoh, pernah terjadi wartawan salah menulis pernyataan H Roeslan Abdulgani
soal temannya seperjuangan. Waktu itu disebutkan nama Soemitro Djo-johadikusumo
tapi ditulis Soebandrio (tokoh PKI). Seo-rang wartawan senior dari Straits
Times menyebut bahwa sarat bagi sebuah berita itu adalah akurasi, akurasi dan
akurasi.
Pra
Editing
Yang
jadi persoalan sehari – hari bagi redaktur dalam mengedit berita adalah
terbatasnya waktu. Pada ha-laman ekonomi bisnis, misalnya wartawan umumnya baru
dating ke kantor pukul 16.00 sementara deadline pukul 22.00. pada waktu yang
sesingkat itu redaktur ha-rus mengedit enam atau delapan berita, menyiapkan
foto, mengatur tata letak, dan lain – lain.
Karena
itu kedatangan redaktur lebih awal ke kantor untuk memonitori “listing” berita
hari itu sangat penting. Sebab, ini sangat membantu redaktur untuk membuat “pra
editing” seperti menentukan berita utama (opening) hari itu, pengaturan foto,
termasuk pemilihan angle dan teras berita yang pas.
Proses
pra-editing ini ternyata sangat perlu, Karena dengan persiapan yang cukup maka
kita jadi punya per-siapan waktu dan materi yang cukup untuk membuat edi-ting
berita dengan baik, mengatur foto, membuat grafis, dan lain – lain. Yang juga
tak kalah penting adalah mem-perkaya “berita” itu dengan referensi lain yang
mungkin tak diperoleh wartawan.
Format Penulisan
Bahasa
pers memiliki safat khas yaitu singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, dan
menarik. Meski demikian, bahasa pers sebagai salah satu ragam Bahasa Indo-nesia
harus taat pada kaidah, ejaan yang benar, serta bahasa baku (yang paling banyak
dipakai oleh lapisan masyarakat, baik dalam bahasa tulis maupun lisan). Yang
juga harus diingat bahwa per situ dibaca oleh segala lapisan, baik strata
pendidikan maupun ekonomi, Karena itu bahasa dan istilah yang dipakai wartawan
harus bisa dimengerti oleh segala lapisan.
Itu
sebabnya, istilah – istilah rumit pada berita eko-nomi, hukum, kesehatan, dan
lain – lain mestinya harus dijelaskan. Demikian juga sebisa – bisanya pemakaian
bahasa asing dibatasi sesedikit mungkin.
Beberapa
nasihat untuk tulisan berita yang baik : kali-matnya pendek – pendek, mengalir
(logis) dan jernih, menggunakan kalimat aktif, bukan pasif. Sebaliknya tulisan
yang sulit dipahami pembaca adalah yang kalimat dan alineanya panjang –
panjang, memakai ba-nyak istilah teknis, asing dan bahasa daerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar